[gview file=”https://dosen.ikipsiliwangi.ac.id/wp-content/uploads/sites/6/2020/06/KLP-7-KAJIAN-EMPIRIS-PENDIDIKAN-MAKALAH.pdf”]
Pendidikan menjadi kunci utama keberhasilan suatu bangsa, untuk menghantarkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya. Pendidikan sangatlah penting demi meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Masyarakat yang hidup di pedalaman tentunya berbeda kualitas pendidikannya jika dibandingkan dengan masyarakat yang hidup di perkotaan yang sarat dengan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai.
Pendidikan bersifat dinamis dan cenderung memiliki pola yang berkembang. Perubahan itu sejalan dengan perubahan masyarakat pada masanya. Setidaknya, dalam kajian yang telah diuraiakan terdapat perbedaan empiris antara pendidikan tradisional, pendidikan modern, dan pendidikan global.
Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang memelihara, menjaga, dan mempertahankan tradisi, adat-istiadat, sistem nilai, sistem norma, dan bahkan sistem kebudayaan yang diwariskan oleh generasi pendahulunya. Adapun ciri masyarakat tradisional yaitu: memiliki ikatan peraasaan yang erat dalam bentuk kasih sayang, kesetiaan, dan kemesraan, orientasi yang bersifat kebersamaan, partikularisme (subjektif dan kebersamaan), akripsi (memiliki sifat khusus), dan ketidakjelasan (diffuseness) terutama dalam hal hubungan antar pribadi. Dari sisi sosial masyarakat tradisional memiliki ciri-ciri: masyarakat yang cenderung homogen, adanya rasa kekeluargaan, kesetiakawanan dan rasa percaya yang kuat antar para warga, sistem sosial yang masih diwarnai dengan kesadaran kepentingan kolektif, pranata adat yang efektif untuk menghidupkan disiplin sosial, dan shame culture (budaya malu).
Pola pendidikan masyarakat tradisional: anak-anak biasanya dikirim ke sekolah dalam wilayah geografis tertentu, mereka dimasukkan ke dalam kelas yang kemudian dibedakan berdasarkan umur, adanya sistem kenaikan kelas di setiap tahun, prinsip sekolah biasanya otoritarian; anak-anak diharapkan menyesuaikan diri dengan tolak ukur dan ketetatapan yang sudah ada, guru sebagai penentu kebijakan (guru memikul tanggung jawab pengajaran, berpegang pada kurikulum yang sudah ditetapkan), kurikulum berpusat pada subjek-subjek akademik, di dalam kelas, guru menjadi satu-satunya pelaku pendidikan, guru berbicara dan murid hanya menyimak tanpa ikut berperan aktif, promosi tergantung pada penilaian guru, dan bahan ajar yang paling umum tertera dalam kurikulum adalah buku-buku teks.
Pendidikan pada masyarakat tradisional di Indonesia dimulai sejak zaman Hindu dan Kerajaan, Penyebaran Islam, Kolonial Belanda, Jepang, dan Era Merdeka hingga sekarang. Pendidikan tradisional zaman dulu berbentuk pesantren atau padepokan, pendiidkan lebih diarahkan pada pembentukan karakter dan semangat perjuangan kemerdekaan, contoh sekolah bercorak agama berdirinya Muhamadiyah, contoh sekolah yang bercorak kebangsaan seperti Perguruan Taman Siswa dan INS, selajutnya ada sekolah rakyat dan bercorak organisasi seperti Tri Koro Dharmo. Era kemerdekaan hingga sekarang bentuk pendidikan tradisional yang masih bertahan seperti pesantren, sekolah-sekolah formal mulai dari sekolah dasar, menengah, hingga perguruan tinggi di pedesaan, Sokola Rimba untuk masyarakat pedalaman, dan masih banyak bentuk pendidikan tradisional lainnya.
Berbeda dengan pendidikan tradisional, pendidikan modern dan global cenderung memiliki kesamaan. Paradigma bahwa siswa sebagai pembelajar adalah subjek pendidikan mendorong upaya-upaya kegiatan yang berpusat pada siswa. Tidak hanya itu, orientasi pendidikan bersifat masa kini dan masa depan. Tidak lagi dari sekadar transfer ilmu dari guru kepada siswa, tapi bagaimana menfasilitasi siswa untuk belajar dan memenuhi kehidupannya.
Pendidikan modern di Indonesia sebelum kemerdekaan ditandai oleh adanya tokoh Ahmad Dahlan dari Muhammadiyah. Seiring dengan perkembangannya, dalam konsep modern pascakemerdekaan, pendidikan nasional pada masyarakat modern dapat ditinjau dari perubahan kurikulum. Berdasarkan kurikulum ini tampak mulai 1984 melalui Kurikulum CBSA pendidikan modern sangat terasa, hingga terus disempurnakan dari masa ke masa hingga terakhir Kurikulum 2013 dan sekarang ini dalam rancangan Kurikulum Merdeka Belajar. Bentuk-bentuk empiris pendidikan modern yang ada di antaranya adalah sekolah berbasis montessori, sekolah alam dan sekolah Islam terpadu.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi melahirkan masyarakat global. Globalisasi merupakan sebuah konsep kebudayaan yang menjadi wacana sentral dalam disiplin ilmu-ilmu sosial saat ini. Globalisasi adalah proses kebudayaan yang ditandai dengan adanya kecenderungan wilayah-wilayah di dunia, baik geografis maupun fisik, menjadi seragam dalam format sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
Era globalisasi ini terkategori pada perkembangan kehidupan modern, yakni saat kehidupan terjadi pada masa kini dan berorientasi pada masa depan. Berkenaan dengan hal itu, dalam kehiduapan sehari-hari, masyarakat era globalisasi memiliki pandangan yang luas tidak terbatas pada ruang dan waktu. Perkembangan teknologi yang pesat menjadi salah satu daya dukung kehidupan masyarakat di era globalisasi. Tidak terlepas dari hal itu, dengan didorong oleh komunikasi tanpa batas, penggunaan bahasa menjadi satu faktor pula yang menjadi ciri khusus era globalisasi.
Paling tidak, terdapat lima ciri masyarakat global. Ciri pertama dari masyarakat global adalah semakin tingginya peradaban yang ditopang oleh keberadaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua dari globalisasi informasi adalah penyerbuan komunikasi dan informasi yang menembus batas-batas budaya. Ketiga tingginya laju transformasi sosial. Keempat adalah terjadinya perubahan gaya hidup (lifestyle). Kelima dari era globalisasi dan informasi adalah semakin tajamnya gap antara negara industri dengan negara berkembang, dengan kata lain terjadinya dominasi informasi oleh negara-negara maju terhadap negara-negara terbelakang.
Pendidikan yang mewarnai era global ini di antaranya berkembangnya pendidikan internasional. hadirnya Massive Open Online Courses (MOOCs) yang dikatakan melibas apa saja yang berada di depannya (avalanche). Munculnya istilah pembelajaran daring (blanded learning).
Bagaimanapun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selain berdampak pada kemajuan juga membawa dampak negatif. Oleh karena itu, pada era global sekarang ini, justru membutuhkan anak-anak, generasi muda dan manusia yang memiliki kepribadian, kemandirian, kreativitas, dan semangat (motivasi) untuk melakukan adaptasi dan perubahan kehidupan, bukan sekadar generasi muda yang menguasai pengetahuan teknikal, tetapi lemah kepribadiannya. Hal penting bagi praktik pendidikan dalam menghadapi tantangan kehidupan modern dan global tersebut adalah dibutuhkannya landasan pradigma pendidikan yang bersifat transformasional, pendidikan yang membangun perubahan pada diri anak, seluruh aspek kehidupan dirinya, perasaan, emosi, pikiran, nilai-nilai, dan kepribadiannya yang mendorong untuk perbaikan kehidupan.