Artikel Umum

Resume International Workshop “Integrating Risk Management in the Management of Higher Education” and “Enhancing Academic Mobility – Opportunity Strategy”

Dipublikasikan pada : 7 Maret 2018.

Workshop ini sebetulnya untuk para staff/tenaga kependidikan (tendik), namun ilmunya tentu bermanfaat juga untuk kami para dosen muda. Tema workshop ini adalah “Integrating Risk Management in the Management of Higher Education” and “Enhancing Academic Mobility – Opportunity Strategy”.

 

Kegiatan ini diawali oleh paparan Dr. Maria Anityasari dari ITS mengenai mengapa internasionalisasi itu begitu penting, apalagi untuk perguruan tinggi. Ia menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara yang sangat besar, namun ternyata belum bisa bersaing dalam dunia internasional. Indonesia itu hebat, tetapi sehebat apapun kalau dia tidak IT itu sama saja dia koma. Artinya, dalam peradaban ini, untuk bisa terus hidup dan bersaing, kita harus melek teknologi informasi, kita juga harus mampu berbahasa internasional, yakni bahasa Inggris. Bukan sekadar paham, tapi mampu mengemukakan dan berkomunikasi secara bagus.

Dr. Maria juga menekankan bahwa kesempatan itu banyak, kesempatan itu luas. Pada era MEA ini, alumni tidak cukup hanya duduk dan hanya bekerja di dalam negara ini, alumni bisa bekerja di luar. Fenomena yang terjadi dan teramati adalah ketika staff menerima telepon dan ternyata orang di seberang sana berbicara dengan bahasa Inggris. Apa yang terjadi kemudian adalah tidak ada pembicaraan lanjut karena penerima telepon (staff) tidak bisa berbahasa Inggris. Akhirnya telepon ditutup. Padahal, orang yang menelepon adalah dari luar negeri yang bermaksud mengadakan kerja sama. Seketika kesempatan hilang. Sebagus apapun lulusan, ketika pintu kerja sama antarperguruan tinggi itu hilang, maka lulusan tetap pada zonanya dan tidak dapat maju secara internasional.

Yang ditekankan oleh Dr. Maria adalah We are talking about future! Bukan berbicara tentang sekarang, bukan tentang kemarin. Ia mengajak untuk berpikir besar. Apalagi untuk orang pendidikan. Orang pendidikan ada di garis depan, maka berikan yang terbaik. Mulai dari kita, mulai dari sekarang, mari bergerak bersama.

Pada sesi pertama, pemateri workshop adalah Ibu Suwana dari Mahidol University. Ia memaparkan bagaimana risk management di universitasnya, meliputi internal auditing, risk management-nya, dan quality development. Dari paparannya, kurang lebihnya dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kualitas perguruann tinggi tidak cukup hanya dengan penjaminan mutu saja, tetapi juga sangat diperlukan risk management, yakni bagaimana perencanaan dibuat dengan mempertimbangkan berbagai hal yang mungkin terjadi untuk meminimalisasi kemungkinan-kemungkinan buruk. Sebetulnya, banyak sekali materi yang dipaparkan, namun jujur saja karena saya tidak cukup pandai menyimak bahasa lain selain Indonesia dan Sunda, maka banyak informasi yang tidak terserap. (Di sinilah saya yakin bahwa bahasa Inggris itu penting T,T)

Di akhir sesi, Dr. Maria selaku moderator bertanya bagaimana bisa staff di Thailand terampil berbahasa Inggris, apa tips dan triknya. Menurut paparan Ibu Suwana, mereka terbiasa mendengarkan musik berbahasa Inggris, tetapi juga memang mengikuti kursus dan mengembangkannya sendiri secara otodidak.

Sesi pertama mengenai risk management ditutup dengan paparan Ibu Nani dari pihak SPMI ITS. Dari paparannya diketahui bahwa ITS yang sudah menjadi PT BH membangun sendiri standar kualitas, yang meliputi 9 standar, yakni 7 standar dikti, 1 standar ITS, dan 1 standar AUM.

Paparan itu tidak dijelaskan secara terperinci, bagi orang awam seperti saya, istilah-istilah itu sangatlah abstrak. Dari hasil pencarian saya peroleh bahwa standar AUM adalah kependekan dari standar Alat Ungkap Masalah. Pembahasan ini insya Allah akan saya pelajari lebih lanjut.

Sesi kedua pada pertemuan ini dilanjutkan oleh Ms. Theeta Rojnkuresatien dan Mr. Ponrawan Bon yang juga dari Mahidol University. Tidak banyak yang dapat saya tangkap pada sesi ini (agak sulit mengikuti karena sudah sore dan tulisan di salindia sangat kecil sehingga tidak terbaca dan sulit menangkap informasinya dan lagi-lagi karena kurang dapat menangkap Bahasa Inggrisnya T.T).
Satu paparan yang sangat berguna bagi saya adalah mengenai Top 10 Skills. Berikut ini isinya.

Masih dalam sesi ini, Mr. Ponrawan Bon yang juga sebagai pemateri memberikan ilustrasi bahwa kita harus terus bergerak. Jika kita berupaya dan terus bergerak, kita akan dapat melampaui target yang telah ditentukan sebelumnya. Kita hanya harus terus bergerak, bergerak, dan bergerak. “Don’t quiet, keep going, keep going, keep going!” itulah pesannya. If you brave, you can anything. Just try, open your mind. Don’t chance come to you. Kitalah yang harus mengambil kesempatan itu. Ia menjelaskan bahwa if chance come to you, you lose! Just do it!

Di akhir sesi, peserta workshop dibagi kelompok untuk melakukan praktik berbahasa Inggris, yakni diskusi dengan menggunakan bahasa Inggris. Diskusi ini difasilitasi oleh para volunteer yang merupakan mahasiswa. Diskusi ini semacam pelatihan singkat berbahasa Inggris. Dalam tim saya, kami berkelompok dengan empat peserta dosen magang, dan tiga peserta dari perwakilan kampus, yakni dari ITS sendiri dan dari Universitas Negeri Malang.

Kegiatan Magang Dosen Dikti
Kamis, 20 Juli 2017
International Workshop di ITS (Institut Teknik Sepuluh Nopember).

id_IDIndonesian