Materi Perkuliahan

Innovative Comparative Methods for Policy Analysis Beyond the Quantitative-Qualitative Divide

Dipublikasikan pada : 1 Agustus 2020.

 

Buku “Innovative Comparative Methods for Policy Analysis Beyond the Quantitative-Qualitative Divide” oleh Benoit Rihoux dan Heike Grimm merupakan kumpulan dari beberapa penelitian yang berkaitan dengan kebijakan dengan pendekatan, model, metode dan teknik penelitian yang bervariasi. Hasil publikasi penelitian yang ada didalam buku ini adalah hasil workshop dalam kegiatan “Innovative comparative methods for policy analysis. An interdisciplinary European endeavour for methodological advances and improved policy analysis/evaluation” yang diadakan di Erfurt pada tanggal 25-28 september 2004 oleh European Science Foundation (ESF). Buku ini berjumlah 347 halaman yang dibagi dalam tiga pembahasan utama.

  1. Konteks dan Isu Utama Pembahasan

Tujuan dari pembahasan pada buku ini adalah untuk memberikan sumbangsih  terhadap pengembangan dan aplikasi metode perbandingan inovatif untuk pengembangan analisis kebijakan. Hal yang menarik dalam kajian ini adalah merupakan kumpulan penelitian dari para peneliti yang ahli dalam metodologi disiplin ilmu sosial dan kebijakan. Dengan demikian, menarik untuk dilakukan telaah mendalam mengenai perbandingan antara metode qualitatif dan quantitatif dalam penenelitian ilmu sosial dan kebijakan.

Dalam studi kebijakan terdapat banyak kajian yang relevan dan menarik dari cara pandang para akademisi dan praktisi kebijakan yang kajiannya hanya terbatas pada kejian tentang Negara-bangsa, perbedan kebijakan pada setiap negara, hasil dan manfaat kebijakan, gaya kebijakan, sektor kebijakan, dan sebagainya. Sehingga fokus kajian tersebut sangat terbatas pada kajian yang sederhana atau “small-N” (atau “intermediate-N”) yang jumlahnya sangat terbatas khususnya yang relevan dengan perspektif kebijakan.

Akhir tahun 2000-an perbandingan kajian studi kasus terkesan ditinggalkan dan tidak  diformalkan dalam penelitian kebijakan. Oleh karena itu, tujuan utama pada ulasan buku ini adalah mengembangan metode yang lebih luas lagi (bukan sekedar penelitian studi kasus) dengan mengembangkan metode Systematic Comparative Cases Analysis (SCCA) dalam desain penelitian ‘small-N’ yang menitikberatkan pada aplikasi orientasi kebijakan.

Pada kajian buku ini juga disajikan sebuah jenis metode dan teknik penelitian yang menitikberatkan suatu fokus kajian pada metode/teknik penelitian pengembangan yang mutakhir yang dikenal dengan istilah Qualitative Comparative Analysis (QCA), yang kemudian mengalami perkembangan dengan Multi-Value Qualitative Comparative Analysis (MVQCA). Selanjutnya terdapat metode/teknik yang relevan dengan MVQCA, yaitu Fuzzy-Sets (FS). Oleh karena itu, saat ini jumlah para ilmuan social dan analis kebijakan secara menyeluruh telah menerapkan metode-metode yang dikembangkan dalam kajian buku ini.

  1. Ulasan Utama

Buku ini dibagi kedalam tiga bagian utama; Bagian pertama adalah desain penelitian, metode, dan pengukuran analisis kebijakan dengan menggunakan kajian penelitian SCCA dari perspektif orientasi kebijakan, seperti desain penelitian komparatif, identifikasi masalah, konsepsi, pengukuran dan sebagainya. Disamping itu, juga membahas hubungan antara metode set-teoretic seperti QCA dan FS dengan metode quantitative dalam sebuah bentuk ‘intermediate-N’.

Bagian kedua adalah metode inovatif untuk menganalisis aplikasi proses pembuatan kebijakan seperti setting agenda dan pengambilan keputusan, juga mengenai lingkup pembuatan kebijakan. Bahasan tersebut dihubungkan antara metode SCCA (termasuk FS) dan metode statistik. Disamping itu, metode QCA dan MVQCA sebagai aplikasi orientasi kebijakan membuka cara pandang baru dengan metode yang lebih inovatif, yaitu menghubungkan antara metode FS dan QCA sebagai metode alternative.

Bagian ketiga adalah metode inovatif untuk implementasi dan evaluasi kebijakan dan aplikasinya, yang difokuskan pada lingkup pembuatan kebijakan. Fokus kajian ini adalah yang berkaitan dengan aplikasi nyata dalam domain kebijakan, khususnya dalam ranah evaluasi kebijakan.

  • Bagian Pertama: Desain Penelitian, Metode dan pengukuran dalam analisis kebijakan

Pada bagian awal Charles C. Ragin memulai sebuah pembahasan mengenai cara pandang ilmu social dan relevansinya dengan kebijakan. Ragin memfokuskan bahasannya dalam penelitian yang tidak mempelajari mengenai bagian proses kebijakan, akan tetapi relevansinya pada proses kebijakan sebagai kesimpulan empiris yang memiliki pengaruh kuat dalam terma advokasi kebijakan. Fokus kajiannya adalah penggunaan model ‘Bell Curve Debate’ tentang kesenjangan sosial di USA yang dihubungkan dengan bahasan antara keilmuan sosial dan relevansinya terhadap kebijakan. Dalam bahasannya mengenai kesenjangan social, diketahui bahwa kesenjangan tersebut terjadi melalui proses saling menguatkan dan melemahkan satu sama lain. Oleh karena itu, metode FS yang digunakan oleh Ragin untuk membuat analisis baru dengan data kurva bel, menunjukkan bahwa terdapat bentuk fenomena social yang sangat mendasar yang tidak dapat diketahui hanya dengan menggunakan standar prosedur statistika.

Selanjutnya, David Levi-Faur membahas kajian yang lebih fundamental secara epistemology dan praktis dengan menghubungkan desain penelitian komparatif dalam analisis kebijakan. Bahasan masalah utamanya adalah bagaimana meningkatkan jumlah kasus tanpa menghilangkan pemahaman terhadap suatu kasus tertentu secara mendalam. Dengan kata lain, Levi-Faur memberikan pandangan kritis dengan menggunakan  desain penelitian yang diperkenalkan oleh Lijphart dan King-Keohane-Verba yang menghubungkan hal yang kontradiktif melalui validitas data internal (kontrol dan perbandingan) dan validitas data eksternal (korelasi). Melalui desain tersebut, masalah dapat diketahui dengan menghindari kontradiksi antara pengetahuan mendalam dan generalisasi.  Oleh karena itu, konsepsi yang dibangun oleh Mill dan Przeworksi dan Teune dapat dikembangkan melalui empat strategi komparatif berbasis kasus yang digunakan dalam kebijakan dan model iterative (spiral).

Pada kajian berikutnya Gisele De Meur, Peter Bursens dan Alain Gottcheiner juga menggunakan desain penelitian komparatif dengan model penelitian yang lebih spesifik, yaitu teknik MSDO/MDSO (Most Similar, Different Outcome / Most Different, Similar Outcome). MSDO/MDSO digunakan sebagai langkah awal sebelum menggunakan sebuah teknik seperti QCA. Teknik ini digunakan untuk menghitung seberapa banyak variable yang dijelaskan kemudian dikelompokkan dalam beberapa kategori, selanjutnya direduksi dengan lebih kompleks. Teknik MSDO/MDSO tersebut sangat familiar digunakan dalam kajian proses pengambilan kebijakan di institusi-institusi Uni Eropa. Tujuan utama dari para peneliti tersebut adalah untuk mengidentifikasi beberapa variable yang dijelaskan mengenai konfigurasi para actor kebijakan dalam perumusan legislasi Uni Eropa.  Dengan demikian, melalui teknik MSDO/MDSO yang digunakan tersebut diketahui sebuah kesimpulan utama bahwa terdapat dua variable kunci yang memberikan pengaruh terhadap kebijakan para legislator Uni Eropa yaitu faktor institusional dan formasi jaringan kebijakan Uni Eropa.

Kemudian yang terakhir adalah penelitian yang dilakukan oleh Astrid Spreitzer dan Sakura Yamasaki yang mengkombinasikan antara model QCA dengan Social Network Analysis (SNA). Pertama, mereka melakukan identifikasi masalah analisis kebijakan, seperti kompleksitas paparan, phenomena sosial, generalisasi dan hasil kebijakan yang pragmatis. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa antara QCA dan SNA dapat menjawab permasalahan dengan mengasumsikan kompleksitas sebagai sebuah keadaan yang nyata, mengasumsikan kausalitas kombinasi dan berganda, menawarkan proses data, termasuk alat visualisasi.  Sebagai kesimpulan, peneliti menyatakan bahwa perpaduan antara QCA dan SNA dapat mencakup “blind areas” (bagian yang beum terlihat) dalam analisis kebijakan, juga meliputi analisis kebijakan komparatif yang lebih akurat dan sebagai alternatif alat visualisasi baru untuk kepentingan pragmatis bagi para pembuat kebijakan.

 

  • Bagian Kedua: Metode Inovatif untuk Menganalisis Proses Pembuatan Kebijakan (Setting Agenda, Pengambilan Keputusan): Aplikasi-Aplikasi

Pada bagian ini Heike Grimm memfokuskan pada kebijakan interpreneurship dan pertumbuhan ekonomi regional di USA dan Jerman dengan mengembangkan beberapa pendekatan kualitatif tentang kebijakan institusional, seperti konsep kebijakan entrepreneurship (E-Policy) yang lebih tepat dan mengeksplorasi hubungan antara E-Policy dan lambannya pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya, menerapkan pendekatan  E-Policy dengan QCA untuk mengecek pendekatan lain yang dapat diidentifikasi sebagai sebuah penyebab yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi regional.

Penelitian berikutnya oleh Lasse Cronqvist dan Dirk Berg-Schlosser yang melakukan pengujian terhadap kondisi penyebaran HIV di Sub-Saharan Afrika dengan menggunakan test metode kuantitatif termasuk Multi-Value QCA (MVQCA). Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui perbedaan penyebab tingkat penyebaran HIV diantara beberapa negara bagian daratan Afrika. Berdasarkan uji regresi dan analisis factor yang dilakukan menunjukkan bahwa konteks keagamaan dan sejarah kolonial memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap penyebaran HIV. Pada Negara yang memiliki tingkat penyebaran HIV yang cukup tinggi, melalui metode MVQCA menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat kematian dan meningkatnya angka penyebaran HIV juga sejalan dengan keadaan ekonomi masyarakat. Dengan demikian, secara metodoligis menunjukkan bahwa MVQSA terbukti sangat berguna dalam kategorisasi data yang lebih valid untuk menarik suatu simpulan.

Jon Kvist dalam penelitiannya lebih fokus pada penggunaan metode FS. Penelitiannya tentang perbandingan Negara berkembang menunjukkan bahwa metode FS dapat digunakan untuk menunjukkan operasionalisasi konsep teoritis yang lebih tepat. Lebih jauh lagi Kvist mencoba memadukan konsep teorits dengan konsep analisis. Sehingga penggunaan metode statistic konvensional dan pendekatan kualitatif keduanya tidak memberikan jaminan hasil penelitian kebijakan yang lebih nyata tanpa perpaduan dengan metode lain, seperti metode FS.

Terakhir adalah penelitian yang dilakukan oleh Antonio Brandao Moniz yang menggunakan metode yang berbeda, yaitu “Scenario-Building” sebagai pisau analisis yang bermanfaat untuk analisis kebijakan. Skenario-skenario yang dilakukan dapat menggambarkan keadaan masa depan. Dengan membangun skenario, tujuan untuk memahami dan memaksimalkan manfaat yang diperoleh dalam keputusan strategic memungkinkan didalamnya terdapat pengaruh eksternal yang dapat dipertimbangkan keberadaannya. Dalam perkembangannya, Moniz secara langsung menggunakan metode tersebut dalam proyek yang lebih nyata dengan mempresentasikan Scenario-Building Program dalam penelitian teknologi di Jerman, Jepang dan beberapa Negara bagian Amerika.

 

  • Bagian Ketiga: Metode Inovatif untuk Implementasi dan Evaluasi Kebijakan: Aplikasi-Aplikasi

Pada bagian ini Frederic Varone, Benoit Rihoux dan Axel Marx mencoba mengeksplorasi penggunaan QCA untuk evaluasi kebijakan. Dalam penggunaan QCA terdapat empat hal yang dianggap cukup rumit dan menghambat; (a) menghubungkan intervensi kebijakan sebagai hasil identifikasi masalah, (b) mengidentifikasi efek jaringan terhadap intervensi kebijakan dan menghilangkan sesuatu yang dapat mengacaukan kebijakan, (c) menjawab pertanyaan ‘Bagaimana jika…’ atau adanya kemungkinan diluar dugaan, dan (d) triangulasi bukti. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa QCA menawarkan beberapa jawaban spesifik untuk keempat hal yang dianggap rumit melalui perbandingan tiga cara, yaitu analisis lintas kasus, analisis dalam kasus dan perbandingan antara realitas empiris dan teori.

Selanjutnya, Pentti Luoma menerapkan QCA, analisis regresi dan analisis qualitative mengenai studi tentang keberlangsungan ekologi, fisik dan social di beberapa daerah pemukiman warga di wilayah profinsi Oulu, Finlandia. Fokus masalah yang diteliti adalah tentang hubungan dan kelangsungan social masyarakat, seperti kehidupan bertetangga, kecenderungan untuk berpindah tempat tinggal, serta barometer modal social masyarakat. QCA dan Regresi digunakan untuk menganalisis integrasi social masyarakat seperti kondisi sosial, fisik, dan kearifan lokal. Dengan demikian, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hasil analisis QCA yang kontradiktif, sehingga membutuhkan hasil penelitian lain yang mendukung dan advokasi kebijakan.

Terakhir adalah penelitian yang dilakukan oleh Barbara Befani dan Fritz Sager untuk melihat manfaat dan hambatan penggunaan gabungan antara Evaluasi realistis dan pendekatan QCA. Hasilnya menunjukkan bahwa QCA berpotensi untuk memperluas skop bagian evaluasi realistis, yaitu dibutuhkannya perbaikan instrumen teori dan sintesis realitas, khususnya dalam jumlah kasus yang cukup luas.

 

*****

Metode Penelitian yang Dikembangkan

Diluar Kualitatif dan Kuantitatif

 

Sebagai sebuah kumpulan penelitian dari beberapa peneliti yang menggunakan variasi pendekatan, metode, model dan teknik penelitian diluar dari metode kualitatif dan kuantitatif, buku ini memperkenalkan berbagai varian penelitian kebijakan yang bisa dikembangkan. Adapun varian penelitian yang dikaji dalam buku ini adalah QCA, MVQCA, FS, SNA, MSDO/MDSO, Iterative model, Bell Curve Debate, dan Scenario-Building.

  1. Qualitative Comparative Analysis (QCA)

QCA adalah teknik analisis data untuk menetukan kesimpulan yang logic berdasarkan kumpulan data pendukung. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Charles Ragin pada tahun 1987. Penerapan QCA dimulai dengan membuat daftar dan jumlah variable sesuai dengan data, kemudian menerapkan konsep logika inferensial untuk menentukan deskripsi inferensial atau implikasinya terhadap data pendukung. Dalam mengkategorikan variable, QCA dimulai dengan membuat daftar dan menghitung jenis kasus yang relevan, kemudian setiap kasus diterjemahkan berdasarkan kombinasi nilai yang unik antara variable terikat (Y) dan variable bebas (X). Oleh karena itu, masukan data QCA adalah kumpulan data dari semua ukuran, Small-N (Masalah terkecil) sampai Large-N (Masalah terbesar), dan output dari QCA merupakan kumpulan deskriptif inferensial atau implikasinya terhadap data pendukung.

  1. Multi-Value Qualitative Comparative Analysis (MVQCA)

MVQCA merupakan pengembangan dari teknik CSQCA (Crisp-Set Qualitative Comparative Analysis) yang dipelopori oleh Charles Ragin dan Criss Drass diakhir tahun 1980-an. Konsep MVQCA tidak berbeda jauh dengan konsep CSQCA, yaitu konsep yang menerapkan sebuah prinsip untuk membuat sebuah sintesis pada suatu kumpulan data dengan sebuah hasil bahwa setiap kasus memiliki hasil nilai yang sama dengan solusi yang masih kurang (the minimal formula). Perbedaan antara CSQCA dengan MVQCA adalah CSQCA hanya dianalisis pada variabel tertentu, sementara MVQCA memiliki jumlah variabel yang banyak yang masing-masing variabel dianalisis secara mendalam. Dengan kata lain bahwa MVQCA adalah gambaran umum dari teknik CSQCA, karena dari jumlah variabel yang terbatas menjadi jumlah variabel yang multi nilai. Akan tetapi, analisis data dalam MVQCA sama dengan CSQCA (Rihoux dan Ragin, 2009).

  1. Fuzzy-Set (FS)

Ide himpunan fuzzy (fuzzy set) di awali dari matematika dan teori system dari L.A Zadeh pada tahun 1965. Jika diterjemahkan, “fuzzy” artinya tidak jelas/buram, tidak pasti. Himpunan fuzzy adalah cabang dari matematika yang tertua, yang mempelajari proses bilang random: teori probailitas, statistik matematik, teori informasi dan lainnya. Penyelesaian masalah dengan himpunan fuzzy lebih mudah dari pada dengan mengunakan teori probabilitas (konsep pengukuran).

  1. Social Network Analysis (SNA)

SNA adalah metode yang pertama kali digunakan dalam kelompok ilmu sosial. Hal tersebut didasari dengan sebuah pemahaman bahwa dalam setiap komunitas terdapat perilaku yang berbeda yang antara kelompok satu dengan yang lain memiliki hubungan atau jaringan yang berpengaruh terhadap eksistensi kelompok tersebut.

SNA memiliki beberapa definisi (Wasserman dan Faust, 1994), diantaranya:

  • Social Network Analysis adalah proses pemetaan dan pengukuran relasi antara orang ke orang.
  • Sebagai teknik yang fokus mempelajari pola interaksi pada manusia yang tidak terlihat secara eksplisit.
  • Sebagai sekumpulan metode untuk menginvestigasi aspek relasi pada struktur sosial.

Sejak tahun 1970, teknik SNA telah banyak mendapatkan perhatian dan pengembangan di berbagai bidang. Beberapa aplikasi SNA antara lain adalah sebagai berikut :

  1. Pengujian pada suatu jaringan peternakan untuk menganalisa bagaimana penyakit menyebar dari salah satu sapi ke sapi yang lain.
  2. Menemukan kemunculan komunitas hobi di suatu universitas.
  3. Mengungkap pola transfer pengetahuan yang mengalir pada para peneliti berdasarkan publikasi risetnya.
  4. Menentukan jurnalis dan analis yang berpengaruh di dunia IT.
  5. Mengungkap pola penyebaran HIV di suatu penjara.
  6. Memetakan jaringan orang-orang eksekutif berdasarkan aliran email.
  7. Menemukan jaringan inovator di suatu regional ekonomi.

Beberapa tahun terakhir arah analisis sosial network lebih mengarah pada media-media online dan aliran informasi di dunia maya. Hal ini dikarenakan jumlah informasi yang mengalir di dunia maya semakin banyak dan cepat, seperti pada facebook, twitter, youtube dan sebagainya. Hal yang menarik lainnya adalah implementasi SNA pada analisis interaksi link antar website, yang kemudian dapat meningkatkan fungsionalitas web tersebut dan efisisensi kunjungan yang semakin meningkat akibat adanya sistem rekomendasi.

  1. MSDO/MDSO (Most Similar, Different Outcome / Most Different, Similar Outcome)

Model MSDO/MDSO pertama kali diperkenalkan oleh Prsworski dan Teune pada tahun 1970. Model tersebut menggunakan istilah system sebagai penciri khusus pada penelitian kasus yang lebih kompleks. Model kesamaan system (similar system design) dianggap memiliki perbedaan teori yang cukup signifikan.  Sehingga perbedaan teori tersebut dibentuk dalam kesamaan konsep diantara system yang berbeda untuk bisa dijelaskan secara spesifik. Dengan demikian, jumlah kasus yang dianggap sama yang memiliki jumlah variable yang banyak lebih memudahkan untuk dapat dijelaskan pada masing-masing bagian variable tersebut. Sebaliknya, model perbedaan system (system difference design) melihat adanya heterogenitas pada sampel system. Perbedaan diantara system tersebut dapat menghasilkan jumlah populasi yang berbeda dengan jumlah variabel yang terbatas. Dengan demikian, perbedaan diatara kasus yang diteliti tersebut dapat menghilangkan faktor-faktor yang dianggap tidak relevan dengan masalah yang sebenarnya (Rihoux dan Ragin, 2009).

Secara spesifik, model MSDO/MDSO dapat disebut sebagai sebuah model yang dapat mempertemukan persamaan cara pandang pada kasus yang secara sistemik dianggap sesuai atau bertentangan. Model MSDO/MDSO memiliki kedekatan konsep dengan metode yang dipelopori oleh Mill, yaitu metode Quasi-Eksperimen.

  1. Iterative Model (Model Spiral)

Model ini berbasis pada kebutuhan terhadap aplikasi secara berkelanjutan untuk menyaring kebutuhan-kebutuhan dan estimasi proyek secara keseluruhan. Model ini menerapkan perancangan model proses yang lebih dinamis dengan terus beradaptasi terhadap kebutuhan proses bisnis melalui fitur aplikasi dimasa yang akan dating, sehingga versi aplikasi terus berkembang dengan fitur-fitur yang mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Model spiral terbagi menjadi empat quadrant, dimana setiap quadrant merepresentasikan sebuah manajemen proses dengan tahapan-tahapan seperti identify, design, construct dan evaluate (Dean Muench, 1994).

  1. Scenario-Building

Istilah scenario diderivasi dari istilah seni drama. Dalam istilah perfilman scenario adalah setingan pertunjukan atas aktifitas yang akan dilaksanakan.  Oleh karena itu, istilah scenario dalam kajian penelitian kualitatif mengandung dua pengertian, yaitu gambaran waktu dan kondisi terhadap variable utama untuk waktu yang akan datang, dan menggambarkan perubahan dari kondisi saat ini untuk masa mendatang. Dengan demikian, dalam penelitian kebijakan skenario adalah alat analisis kebijakan yang menggambarkan suatu kondisi di masa mendatang. Konsep scenario building dalam analisis kebijakan diperkenalkan oleh Peter Schwartz sekitar tahun 1991. Langkah-langkah dalam penggunaan scenario-building adalah:

  1. Mengidentifikasi hasil keputusan atau isu utama
  2. Mengidentifikasi kekuatan utama dan yang menonjol dalam suatu organisasi
  3. Memeringkat kekuatan dan isu penting dan tidak menentu, dan menyeleksinya berdasarkan logika skenario
  4. Mengisi format skenario
  5. Menganalisis implikasi
  6. Memilih indicator utama untuk keperluan monitoring.

Proses skenario yang dilakukan adalah untuk menguji situasi nyata dan mengidentifikasi mekanisme kerja para pelaku kebijakan (orang yang berpengaruh) melalui variabel-variabel yang dikendalikan oleh system pada waktu yang sudah lampau. Selanjutnya, proses tersebut dilanjutkan dengan pengembangan strategi para actor kebijakan.

*****

 

Hasil Analisis Reviewer

Studi kebijakan publik pada dasarnya dimaksudkan untuk menelaah tindakan tindakan yang dilakukan pemerintah, mengapa tindakan itu dilakukan, dengan cara dan mekanisme apa dilakukan, untuk kepentingan siapa, dan bagaimana hasil, akibat, dan dampaknya. Dalam ranah studi kebijakan publik, pada sejarahnya melewati berbagai gugus pemikiran dari positivisme (pendekatan kuantitatif) dan kini sampai pada masa post-positivisme (pendekatan kualitatif). Oleh karena itu, sampai hari ini perdebatan mengenai pendekatan yang tepat dalam penelitian kebijakan masih terjadi dalam diskursus-diskursus ilmiah, kuantitatif atau kualitatif.

Jika kita menggunakan pendekatan kualitatif, maka dasar teori sebagai pijakan ialah adanya interaksi simbolik dari suatu gejala dengan gejala lain yang ditafsir berdasarkan pada budaya yang bersangkutan dengan cara mencari makna semantis universal dari gejala yang sedang diteliti. Pada mulanya teori-teori kualitatif muncul dari penelitian-penelitian antropologi, etnologi, serta aliran fenomenologi dan aliran idealisme. Karena teori-teori ini bersifat umum dan terbuka maka ilmu sosial lainnya mengadopsi sebagai sarana penelitiannya.   Lain halnya dengan pendekatan kuantitatif, pendekatan ini berpijak pada apa yang disebut dengan fungsionalisme struktural, realisme, positivisme, behaviourisme dan empirisme yang intinya menekankan pada hal-hal yang bersifat kongkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata.

Didasarkan pada diskusi di atas, nampaknya agak sulit untuk memadu dua pendekatan yang  bersifat kontradiksi tersebut. Bagi para penganut murni satu metodologi, mereka tetap memegang teguh dalam menggunakan satu pendekatan saja. Sekalipun demikian ada banyak orang yang berusaha mencari titik temu untuk memadukan kedua pendekatan tersebut. Reviewer memberikan analisis  bahwa dalam memadu kedua pendekatan yang berbeda tersebut sebaiknya dibedakan dalam tiga tataran, yaitu tataran filosofi, teoritis dan praktis.

Pertama, dari sudut pandang filosofi yang mendasarinya. Disatu sisi pijakan filosofi pendekatan kuantitatif mengatakan bahwa  realitas itu bersifat tunggal, kongkrit, dapat diamati; sebaliknya, pijakan filosofi pendekatan kualitatif menyatakan bahwa realitas bersifat ganda, bulat atau utuh, dan realitas tersebut merupakan hasil dari suatu definisi dan konstruksi. Melihat kondisi tersebut kita akan mengalami kesulitan jika berusaha memadu kedua pendekatan tersebut dalam tataran filosofi masing-masing karena titik awal filsafat yang mendasari kedua pendekatan tersebut sudah berbeda.   Kedua, pada tataran teoritis pendekatan kuantitatif didasari oleh teori positivisme, empirisme, behaviorisme, rationalisme, and fungsionalisme.  Benang merah dari teori-teori tersebut ialah bagaimana cara mendapatkan kebenaran dalam ilmu pengetahuan secara empiris dengan menggunakan indera manusia dan melacak dari sudut pandang luar. Sementara itu pendekatan kualitatif didasari oleh teori-teori, seperti idealisme, fenomenologi, interaksi simbolik, dan naturalisme. Inti dari teori-teori tersebut menyatakan bahwa esensi makna atau kebenaran dapat diperoleh melalui interaksi manusia.  Oleh karena itu, makna terikat pada budaya manusia tertentu dan tidak bebas nilai. Akibatnya dalam melacak kebenaran para peneliti harus mencari dari sisi dalam diri manusia. Kesimpulannya pada tataran teori, kita juga mengalami kesulitan dalam menggabung kedua pendekatan karena teori-teori tersebut dilandasi oleh pijakan-pijakan filsafat yang berbeda.

Ketiga, pada tataran praktis. Pada tataran ini metode dan teknik untuk masing-masing pendekatan diharapkan dapat digabung atau setidak-tidaknya digunakan secara bersamaan dalam suatu penelitian tertentu.  Dari pengalaman empiris di lapangan, sudah banyak para ahli metodologi menggunakan metode gabungan untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam ilmu pengetahuan, termasuk dalam kajian bahasan buku ini.

Berbagai macam cara pandang dalam menyorot fenomena sosial telah dilakukan dengan berbagai macam pendekatan, metode dan teknik penelitian ilmiah. Dengan demikian, melalui kajian dalam buku ini dapat dipahami bahwa antara penelitian kuantitatif dan kualitatif merupakan pendekatan yang tepat dan saling menguatkan antara satu dengan yang lain melalui inovasi metode komparatif, seperti Qualitative case analysis (QCA), muliti value qualitative case analysis (MVQCA), fussy-set, MSDO/MDSO, system network analysis (SNA), iterative model dan scenario-building. Berbagai varian metode dan teknik tersebut merupakan pengembangan dari pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang sebelumnya menjadi metode utama dalam penelitian, termasuk penelitian kebijakan.

Beberapa metode komparatif yang dijelaskan dalam buku ini, menurut reviewer bahwa masih terdapat beberapa metode komparatif yang belum dikaji dalam bahasan buku ini, seperti systematic cross-case analysis (SCCA), crisp-set qualitative case analysi (CSQCA) dan synthetic case descriptions (SCDs). Sementara itu, ketiga metode yang disebutkan merupakan bagian dari metode yang dijelaskan pada bahasan buku ini yang antara satu metode dengan metode lainnya merupakan varian inovasi penelitian perbandingan yang cukup relevan dengan isu-isu kebijakan yang dibahas dalam buku ini.

*****

 

 

Simpulan

Analisis kebijakan sebagai sebuah kajian sosial membutuhkan metode atau teknik yang bervariasi dan inovatif. Hal tersebut dapat dikaji berdasarkan konteks permasalahan yang setiap tempat dan waktu terus mengalami perubahan. Fenomena sosial yang berdampak terhadap hadirnya kebijakan baru merupaka faktor utama munculnya konsep dan model penyelesaian masalah yang baru dan inovatif. Oleh karena itu, pemahaman terhadap konsep penelitian kuantitatif dan kualitatif tidak cukup untuk dijadikan dasar teoretik-metodologis untuk menjawab isu sosial yang setiap waktu terus mengalami perubahan dan pergeseran nilai.

Sebagaimana dalam bahasan utama dalam buku ini, maka terdapat beberapa poin utama sebagai intisari dari bahasan makalah ini:

  1. Metode Systematic Comparatif-Case Analysis (SCCA) yang lebih spesifik seperti, QCA, MVQCA, FS, SNA, MSDO/MDSO, iterative model dan scenario-building sangat bermanfaat bagi kajian analisis kebijakan.
  2. Poin utama yang menjadi kekuatan dari metode yang dikembangkan tersebut adalah memberikan tawaran konsep penelitian yang menggabungkan antara kuantitatif dan kualitatif yang lebih spesifik dan sistematis untuk mengungkap fakta dan data yang valid dan reliable secara teoritis dan praktis.
  3. Desain penelitian komparatif yang dijelaskan dalam bahasan ini dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi tertentu, khususnya dalam pemilihan kasus dan spesifikasi model yang sesuai.
  4. Konsepsi metode yang dibangun dalam kajian ini sangat relevan dengan kajian isu kebijakan seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan, politik, budaya dan keperbedaan lainnya dalam suatu organisasi atau kelompok masyarakat.
  5. Metode yang dikembangkan dalam kajian ini dapat diaplikasikan pada tingkatan yang berbeda, baik skala antar Negara, nasional, regional dan local.
  6. Secara umum beberapa metode yang ada pada bahasan ini memberikan peluang untuk dikombinasikan dengan metode/teknik yang lainnya baik pendekatan kuantitatif mupun kualitatif berdasarkan pada landasan teori dan praktis dimana masalah tersebut diteliti.

 

*****

Manfaat Buku

Buku innovative comparative methods for policy analysis merupakan salah satu rujukan penelitian yang sangat membantu bagi para peneliti, akademisi dan praktisi kebijakan. Hal tersebut dapat dilihat pada kajian pembahasan masing-masing bagian yang dihimpun dari berbagai macam hasil publikasi penelitian tentang kebijakan dan isu-isu sosial  yang cukup qualified sebagai rujukan pada penelitian yang berkaitan dengan bahasan dalam buku ini. Kemampuan Rihoux dan Grimm dalam membangun konsepsi penelitian komparatif sebagai pengembangan dari metode umum (kuantitatif dan kualitatif) memberikan sumbangsih konsep dan gagasan baru untuk melakukan penelitian kebijakan yang lebih inovatif dan komprehensif. Sebagai mahasiswa administrasi pendidikan, tentu keberadaan buku ini sangat kontributif untuk pendalaman konsep, teori dan metode penelitian sosial, khususnya dalam kajian administrasi seperti kebijakan, kepemimpinan, manajemen dan keorganisasian. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika reviewer merekomendasikan kepada para penggiat kajian sosial untuk memperdalam kajian yang dikembangkan dalam pembahasan buku ini, khususnya dalam penelitian systematic comparative case analysis (SCCA).

 

Daftar Pustaka

Rihoux, Benoit,. (2007). The Key Determinants of Community Conflict Escalation and De-escalation in Europe: a Systematic Comparative Analysis (QCA). PEACE-COM. Diakses tanggal 13 Oktober 2016

Rihoux, Benoit dan Ragin, Charles C., (2009). Configurational Comparative Methods: Qualitative Comparative Analysis (QCA) and Related Techniques. Applied Social Research Methods Series, Vol. 51. California: Sage Publication Inc. Diakses tanggal 13 Oktober 2016

Rihoux, Benoit dan Grimm, Heike,. (2006). Innovative Comparative Methods for Policy Analysis Beyond the Quantitative-Qualitative Divide. USA: Springer.

Wasserman, Stanley dan Faust, Khaterine,. (1994). Social Network Analysis: Method and Application. USA: Cambridge University Press.

Yang, Kaifeng dan Miller, Gerald J., (1999). Handbook of Research Methods in Public Administration. USA: CRS Press.

Zadeh, L.A. (1978). Fuzzy Sets as A Basis for A Theory of Possibility; Fuzzy Sets and Systems, 1, North Holland: Publishing Company.

 

 

id_IDIndonesian