Artikel Umum

Teori Piaget dan Vygotsky serta Hubungannya dengan Perkembangan Bahasa pada Anak

Dipublikasikan pada : 20 Agustus 2018.

Dalam Teori Piaget maupun Teori Vygotsky dikemukakan bahwa interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif seseorang. Keberadaan dua teori ini tentunya dianggap berpengaruh walaupun memiliki perbedaan yang cukup jelas. Pada zaman dimana kedua teori ini berkembang di kalangan psikolog, Piaget dan Vygotsky mengklaim bahwa teori yang mereka miliki masih berdiri masing-masing. Sampai akhirnya penelitian terkini menemukan bahwa teori-teori tersebut tidak sepenuhnya bertolak belakang, tetapi bisa saling melengkapi.

Perbedaan yang Kontras

  1. Teori Piaget mengemukakan bahwa seseorang dapat belajar secara mandiri dengan melihat orang-orang di sekelilingnya. Sedangkan, Vygotsky berpendapat bahwa seseorang harus ditunjang dengan interaksi sosial agar dapat berkembang. Adanya keterlibatan seseorang dalam aktivitas sosial membuat bahasa dan kognisi diri seseorang berkembang.
  2. Piaget menyatakan bahwa kemampuan kognitif seseorang berkembang sesuai dengan usia. Bertentangan dengan itu, tanpa melihat rentang usia, Vygotsky menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang diperoleh dari keterlibatannya di masyarakat.
  3. Piaget dan Vygotsky memiliki pendekatan pembelajaran yang berbeda. Piaget secara rinci mengamati bagaimana pembelajaran pada anak-anak berlangsung, tetapi ia tidak menegaskan peran dari seorang pembina (tutor) atau guru (teacher). Disamping itu, Teori Vygotsy tidak mengamati perkembangan mental nyata dan hanya membahas mengenai perolehan-perolehan konsep/kemampuan baru. Keduanya berpikir bahwa selalu ada tugas di luar jangkauan pembelajar. Vygotsky yakin dengan adanya bantuan dari pembimbing (mentor) tugas-tugas tersebut dapat dilaksanakan. Sedangkan Piaget, tidak menyarankan apa pun mengenai permasalahan ini.
  4. Maka dari itu, Teori Vygotsky sangat cocok apabila diterapkan ke dalam strategi pengajaran. Di sisi lain, Teori Piaget memberikan pilihan pada seorang individu untuk menjelajahi dan mempelajari sesuatu secara mandiri tanpa adanya ketergantungan dari pihak lain.

Penjelasan Secara Ringkas

Teori Piaget

Jean Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitifnya berdasarkan penelitian yang bersubjek anak-anak.  Sehingga ia dikenal atas Teori Pembelajaran Kognitif melalui Pengamatan (the theory of cognitive observational learning). Menurutnya, ada empat tahap perkembangan kognitif yang dilalui setiap individu, diantaranya: 1) Tahap sensorimotor 2) Tahap pra-operasional 3) Tahap operasional konkret 4) Tahap operasional formal.

Selain itu, menurut teorinya pula, ada dua proses penting yang menjadi karakteristik dari setiap tahapan perkembangan kognitif, yaitu:

  • Asimilasi: proses masuknya hal-hal baru yang dijumpai ke dalam ranah kognitif dan dicerna berdasarkan pengetahuan yang sudah ada.
  • Akomodasi: proses perubahan struktur kognitif karena adanya hal-hal baru yang muncul dalam kehidupan, sehingga hal-hal tersebut bisa dianggap masuk akal.

Piaget mengamati adaptasi melalui konsep “skema mental.” Setiap individu memiliki skema mental yang bisa menjelaskan dunianya sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Skema mental yang dimiliki seseorang akan terganti apabila ia menerima informasi baru yang berkonflik dengan pengetahuan yang dipunyai sebelumnya. Seseorang yang sulit mengubah skema mentalnya harus didorong untuk melihat sudut pandang orang lain serta didorong untuk lebih fleksibel dalam berpikir. Berikut adalah diagram alir yang menunjukkan teori adaptasi Piaget:

Teori Vygotsky

Sementara itu, Vygotsky mempunyai teori perkembangan kognitif yang disebut Teori Sosiokultural (the sociocultural theory). Vygotsky mempelajari perkembangan mental anak, yang mencangkup bagaimana mereka bermain dan berbicara. Tidak hanya itu, ia juga mempelajari hubungan antara pikiran dan bahasa. Teori ini memiliki tiga konsep penting yang berhubungan satu sama lain yaitu:

  1. Hubungan antara Bahasa dan Perkembangan Kognitif Anak – dari hasil studinya, Vygotsky berpendapat bahwa bayi tidak memiliki
    ucapan karena tidaklah begitu penting bagi mereka untuk memahami bahasa.
    Anak-anak akan mulai menangkap bahasa dan berbicara secara konstan pada
    saat mereka bermain. Dalam hal ini, hubungan antara pikiran dan bahasa
    sangat dekat. Pembelajaran anak-anak dipengaruhi oleh bahasa dan
    budayanya.
  2. Konsep Internalisasi – (internalisation) ini menjelaskan tahapan perkembangan kognitif seorang anak. Seorang anak mulai mempelajari konsep baru dengan meniru, lalu meniru dan memahami, barulah sampai kepada internalisasi konsep. Tahap-tahap internalisasi meliputi:
    1) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas/perintah secara mandiri.
    2) Mampu menyelesaikan tugas/perintah dengan bantuan verbal dari individu yang lebih berpengalaman (perancah/scaffolding)
    3) Mampu menyelesaikan tugas/perintah dengan bantuan tindakan dari individu yang lebih berpengalaman (perancah/scaffolding)
    4) Internalisasi selesai: seseorang memiliki kemampuan menyelesaikan tugas/perintah secara mandiri.
  3. Zona Perkembangan Proksmial (Zone of Proximal Development/ZPD) – Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan seseorang. ZPD menerangkan potensi seseorang akan perkembangan kognitifnya. Skema berikut adalah zona dimana hal yang telah diketahui seorang individu dan yang belum:

 

Perkembangan Bahasa pada Anak hingga Dewasa

Manusia tidak langsung terlahir dengan alat ucap yang sempurna. Alat ucap digunakan untuk menghasilkan suara yang memiliki sebuah ungkapan. Seorang balita akan mencoba membuat bunyi-bunyian secara sembarang untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya. Sementara itu orang-orang di sekitarnya akan mencoba menelaah apa yang ia maksud. Hal ini bisa diimplikasikan dari ekspresi si balita tersebut, jika tertawa maka itulah yang dimaksud, sebaliknya jika menangis. Dari peristiwa tersebut, orang di sekitar (biasanya orang tua) akan memberitahukan bahasa apa yang seharusnya digunakan oleh balita tersebut. Hal itu akan masuk ke dalam pikirannya dan secara perlahan akan menjadi informasi baru bagi sang bayi. Selanjutnya, akan ada beberapa tahapan lagi yang dilalui setiap orang dalam perkembangan bahasanya masing-masing:
1. Menciptakan Frasa
Proses berbahasa pada anak-anak dimulai dengan menyerap kata-kata yang ia dengar di sekitarnya. Pada tahap usia dini, anak-anak perlu menyerap informasi sehingga kata yang ada dalam benak mereka menjadi sebuah informasi. Dengan begitu, semakin banyak kata beserta maknanya yang diserap, seorang anak akan dapat merangkainya satu per satu menjadi sebuah frasa yang memiliki arti.
2. Fonologi
Fonologi berkaitan dengan masalah bunyi-bunyian, baik yang diucapkan maupun yang didengar. Perkembangan bahasa pada anak, secara kognitif, sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Apa yang didengar oleh seorang anak akan menjadi alat berkomunikasi dengan diucapkannya lagi pada konteks yang berbeda. Tentunya hal ini dapat dilakukan apabila sebuah kata telah dipahami maknanya.
Bunyi-bunyi kata dalam setiap bahasa, di setiap daerah, tentunya akan berbeda-beda. Maka dari itu, aspek fonologi akan menunjukkan dimana kebahasaan seseorang berkembang.
3. Morfologi
Morfologi berkaitan dengan perubahan bentuk pada kata. Kata terkadang harus dikembangkan agar bentuknya sesuai dengan konteks. Setelah memahami pengucapan serta arti sebuah kata, maka tahapan berikutnya pada perkembangan kebahasaan anak adalah menggunakan kata dengan tepat. Kata akan berkembang menggunakan imbuhan-imbuhan atau perubahan pada salah satu/beberapa vokal di dalamnya yang akan menghasilkan makna yang mendekati kata dasarnya. Hal ini akan diperoleh dari lingkungan serta media-media, seperti tulisan, bacaan dll. lalu diterima dan masuk ke dalam pikiran anak
4. Sintaksis
Sebuah ungkapan akan bisa dikomunikasikan dengan baik apabila hal tersebut dirangkai dalam susunan kata yang baik dan terstruktur, terutama dalam konteks tulisan. Sintaksis berkaitan dengan tata bahasa dan hubungan antar kata. Penataan bahasa ada pada tahap dimana anak mempelajari aturan-aturan, yang oleh Piaget disebut Tahapan Operasional Konkrit. Pada tahap ini, anak dipercayai mampu menyusun kata-kata menjadi sebuah kalimat yang menghasilkan sebuah ide kompleks.
5. Semantik
Semantik berkaitan dengan makna kata. Makna dari kata akan berubah-ubah sesuai dengan strukturnya, misalnya adanya kontradiksi, parafrase atau persamaan dan lawan kata. Pada tahap operasi formal, atau dinyatakan dewasa, seorang anak remaja akan mampu mencerna makna dari sebuah ungkapan.6. Pragmatik
Tahap ini merupakan tahap perkembangan kebahasaan yang mencangkup keseluruhan aspek kebahasaan dalam perkembangan kognitif yang telah disebutkan. Pragmatik adalah sebuah ilmu kebahasaan yang mempelajari hubungan antara konteks dan makna. Makna dari sebuah ungkapan terkadang tidak bisa ditelan mentah-mentah. Faktor yang mempengaruhi berubahnya suatu makna dalam ungkapan yaitu konteks. Konteks merujuk pada sebuah situasi, keadaan dan kondisi ketika suatu bahasa hendak digunakan. Maka dari itu, perkembangan kebahasaan seseorang akan dinilai berhasil apabila seseorang telah dapat menggunakan kata secara terstruktur, mengungkapkan/menangkap suatu arti ungkapan dengan benar dan merujuk kepada konteks yang tepat.

Sumber Rujukan:
http://theydiffer.com/difference-between-piaget-and-vygotsky-theories/
id_IDIndonesian