BULLYING DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Oleh : Cynantia Rachmijati
Program Studi Bahasa Inggris – Dosen Bahasa Inggris – IKIP SILIWANGI- Cimahi
——————
A.PENDAHULUAN
Seorang peserta didik menghabiskan waktu di sekolah dari mulai pagi hingga petang. Selain menambah keahlian dan kreatifitasnya dalam pembelajaran dan pendidikan, ia juga belajar untuk bergaul dengan orang lain dalam lingkungan institusi pendidikan tersebut.
Mungkin ia belajar untuk mengenal si cengeng, si pemarah, si komedian, si cantik, si pemimpin dan lain sebagainya. Namun ia juga mulai mengenal bentuk karakter lain yang akhir-akhir ini mulai menjadi sorotan banyak pihak. Yaitu si bully.
Karakter bully ini banyak membuat ketakutan dan cenderung adalah mereka yang dihindari oleh para peserta didik karena perilaku mereka yang tidak menyenangkan. Kekerasan di institusi pendidikan bisa dilakukan oleh siapa saja, baik antar teman, antar siswa, antar geng di sekolah, kakak kelas, bahkan guru. Lokasi kejadiannya mulai dari ruang kelas, toilet, kantin, halaman, pintu gerbang, bahkan di luar pagar sekolah. Akibatnya, sekolah bukan lagi tempat yang menyenangkan bagi siswa, tetapi justru menjadi tempat yang menakutkan dan membuat trauma. Pada kasus Don Bosco yang kini banyak dibicarakan, perilaku bullying ini bahkan membuat korbannya harus dirawat di rumah sakit karena mengalami luka-luka yang cukup parah.
Bullying berasal dari bahasa Inggris yaitu “bully” yang artinya menggertak atau menggangu. Mereka bisa mengganggu secara fisik atau emosional. Kasus bullying ini sebaiknya mulai menjadi salah satu pusat perhatian bagi para pendidik dan para guru karena masalah ini terus saja meningkat kadar dan kasusnya dari tahun ke tahun. Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai tindak kekerasan atau bullying di sekolah sebagai suatu sikap yang telah keluar dari nilai-nilai kemanusiaan dan tujuan pendidikan.
Dan kaitannya dengan pendidikan karakter dan motivasi belajar siswa, salah satu kutipan mengenai bullying secara verbal bisa digambarkan sebagai berikut,”Sticks and stones may break your bones but mean words can tear holes in your spirit”[anonymous]. Yang artinya adalah “tongkat dan batu dapat mematahkan tulangmu, tapi ucapan yang jahat dapat menghancurkan semangatmu”.
Perilaku bullying dapat menghancurkan semangat dan motivasi siswa dan terutama menciptakan situasi yang tidak nyaman untuk belajar. Karena itu perilaku bullying ini perlu mendapatkan pemahaman dan perhatian lebih lanjut. Selanjutnya, makalah ini akan membahas mengenai perilaku, penyebab, dampak dan solusi mengenai bullying dalam dunia pendidikan.
B.ISI
1.Pengertian bullying
Bullying berasal dari kata bully, yang dalam bahasa inggris yang berarti penggertak, orang yang mengganggu orang lemah, menggertak, mengganggu (Echols dan Hassan, 1992:87)
Menurut Bambang Sudibyo yang dikutip dalam Kompas (Senin, 01 Mei 2006) menyebutkan bahwa bullying bermakna penyiksaan atau pelecehan yang dilakukan
tanpa motif tetapi dengan sengaja atau dilakukan berulang-ulang terhadap orang yang lebih lemah. Sedangkan menurut SEJIWA (2006), bullying diartikan sebagai tindakan penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang sehingga korban merasa tertekan, trauma dan tak berdaya. Sarwono (Astuti, 2008) menyebutkan bahwa bullying adalah penekanan dari sekelompok orang yang lebih kuat, lebih senior, lebih besar, lebih banyak, terhadap seseorang atau beberapa orang yang lebih lemah, lebih junior, lebih kecil.
Kata bullying sulit dicari padanan kata yang sesuai dalam bahasa Indonesia. Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, bullying dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk menyakti orang lain yang dilakukan oleh pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah secara berulang-ulang sehingga korban merasa tertekan.
Berikut ini adalah para ‘peran’ dalam kegiatan bullying :
- Bully yaitu siswa yang dikategorikan sebagai pemimpin, berinisiatif dan aktif terlibat dalam perilaku bullying.
- Asisten bully, juga terlibat aktif dalam perilaku bullying, namun ia cenderung begantung atau mengikuti perintah bully.
- Rinfocer adalah mereka yang ada ketika kejadian bullying terjadi, ikut menyaksikan, mentertawakan korban, memprofokasi bully, mengajak siswa lain untuk menonton dan sebagainya.
- Defender adalah orang-orang yang berusaha membela dan membantu korban, sering kali akhirnya mereka menjadi korban juga.
- Outsider adalah orang-orang yang tahu bahwa hal itu terjadi, namun tidak melakukan apapun, seolah-olah tidak peduli
Definisi lain menyebutkan bahwa : “Bullying is when a person is picked on over and over again by an individual or group with more power, either in terms of physical strength or social standing” [ bullying adalah ketika seseorang disiksa secara berulang-ulang oleh individu atau kelompok dengan kekuatan yang lebih besar, baik secara fisik ataupun sosial].
Maka dari semua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bullying adalah kegiatan penyiksaan pada suatu individu yang dilakukan secara berulang-ulang secara disengaja oleh individu atau kelompok lain yang merasa lebih berkuasa agar korban merasa tertekan.
2.Faktor penyebab bullying
Astuti (2008) mencirikan sekolah yang pada umumnya mudah terdapat kasus bullying yaitu :
- Sekolah yang di dalamnya terdapat perilaku deskriminatif baik dikalangan guru maupun siswa;
- Kurangnya pengawasan dan bimbingan etika dari para guru dan petugas sekolah;
- Terdapat kesenjangan yang besar antara siswa yang kaya dan miskin;
- Adanya pola kedisiplinan yang sangat kaku ataupun terlalu lemah;
- Bimbingan yang tidak layak dan peraturan yang tidak konsisten.
Faktor-faktor penyebab terjadinya bullying antara lain (Ariesto, 2009):
- a) Keluarga.
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah : orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-cobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari sini anak mengembangkan perilaku bullying;
- b)
Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah sering memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah;
- c) Faktor Kelompok Sebaya.
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.
d)Kondisi lingkungan sosial
Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku bullying. Salah satu faktor lingkungan social yang menyebabkan tindakan bullying adalah kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sering terjadi pemalakan antar siswanya.
e)Tayangan televisi dan media cetak
Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi tayangan yang mereka tampilkan. Survey yang dilakukan kompas (Saripah, 2006) memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang ditontonnya, umumnya mereka meniru geraknya (64%) dan kata-katanya (43%).
Menurut Seto Mulyadi, seorang psikolog, bullying disebabkan karena :
- a) Saat ini remaja Indonesia penuh tekanan, terutama yang datang dari sekolah akibat kurikulum yang padat dan teknik pengajaran yang terlalu kaku. Sehingga sulit bagi remaja untuk menyalurkan bakat non-akademisnya. Penyalurannya lewat kejahilan-kejahilan dan menyiksa;
- b) Budaya feodalisme yang masih kental di masyarakat juga dapat menjadi salahsatu penyebab bullying , wujudnya adalah timbul budaya senioritas, yang bawah harus nurut sama yang atas.
3.Karakteristik perilaku bullying
Menurut Rigby (Astuti, 2008:3) tindakan bullying mempunyai tiga karakteristik terintegrasi, yaitu :
- Adanya perilaku agresi yang menyenangkan pelaku untuk menyakiti korban
- Tindakan itu dilakukan secara tidak seimbang sehingga menimbulkan rasa tertekan korban
- Perilaku itu dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus
Riset membuktikan bahwa pelaku bullying memiliki citra diri yang relatif positif, sebagian besar populer. Mereka sering berada dalam kelompok dua atau tiga orang yang memberi dukungan dan sering bergabung ketika terjadi bullying.
Ketika seorang peneliti menanyakan 176 anak sekolah menengah atas usia 15 hingga 16 tahun mengenai pengalaman mereka yang berhubungan dengan bullying, baik sebagai penonton atau korban atau pelaku, 69% menyatakan bahwa pelaku adalah penyebab dari bullying. Para murid menyatakan bahwa para pelaku melakukannya karena merasa tidak percaya diri dan melakukan bullying untuk meningkatkan kekuasaan, kepercayaan diri , status dan popularitas.
Ciri-ciri pelaku bullying antara lain :Sering bersikap agresif terhadap orang dewasa bahkan terhadap ortu dan guru; menguasai teman-temannya, menekan lainnya dan menunjukkan dirinya dengan kekuatan dan ancaman; cepat marah, impulsif, sulit diatur, kasar, dan hanya
menunjukkan simpati yang sangat kecil kepada korban bully; pandai beralasan untuk mencari jalan keluar dari situasi yang sulit; ketika dipergoki, mereka mengatakan hanya iseng atau bercanda.
Seseorang bisa menjadi pelaku bullying karena beragam sebab: kemampuan adaptasi yang buruk, pemenuhan eksistensi diri yang kurang (biasanya pelaku bullying nilainya kurang baik), adanya pemenuhan kebutuhan yang tidak terpuaskan di aspek lain dalam kehidupannya, hubungan keluarga yang kurang harmonis, bahkan bisa jadi si pelaku ini juga merupakan korban bullying sebelumnya atau di tempat lain.
Secara umum, tingkah laku bullying ini berawal dari masalah yang dialami oleh pelaku. Kemampuan pemecahan masalah yang kurang bisa membuat anak mencari jalan keluar yang salah, termasuk dalam bentuk bullying ini. Contoh, anak yang sering “ditindas” kakaknya di rumah, kemudian mencari pelampiasan dengan “menindas” anak lain di sekolahnya.
Melalui pelatihan yang diselenggarakan oleh Yayasan Sejiwa (2007), terangkum beberapa pendapat orang tua tentang alasan anak-anak menjadi pelaku bullying, di antaranya:
- Karena mereka pernah menjadi korban bullying
- Ingin menunjukkan eksistensi diri
- Ingin diakui
- Pengaruh tayangan TV yang negatif
- Senioritas
- Menutupi kekurangan diri
- Mencari perhatian
- Balas dendam
- Iseng
- Sering mendapat perlakuan kasar dari pihak lain
- Ingin terkenal
- Ikut-ikutan.
Maka bisa disimpulkan, mereka yang menjadi pelaku bullying adalah mereka yang :
- Bisa perempuan atau laki-laki
- Bersikap agresif atau bahkan tampak mudah bergaul
- Manipulatif
- Mendominasi dan memiliki perasaan narsis
- Memiliki kemampuan bersosialisasi yang cukup buruk
- Tidak memiliki empati pada orang lain
- Populer dan dikagumi orang lain, sehingga beranggapan akan bisa ‘lolos’ dari hukuman
- Tampak percaya diri namun sebenarnya tidak
- Merupakan korban bully orang lain sehingga melakukannya lagi pada yang lain
- Memiliki masalah keluarga dan masalah psikologis yang tak terselesaikan
Para pelaku bullying ini sebaiknya ditindaklanjuti karena berdasarkan penelitian maka mereka cenderung akan :
- Banyak para pelaku bullying sulit untuk melanjutkan pendidikan sehingga cenderung drop-out
- Cenderung berlanjut ke arah kegiatan kriminal
- Bergaul dengan para bully yang lain sehingga tingkat kehidupannya tidak membaik
- Saat dewasa cenderung menjadi anti sosial dan dominan pada kekerasan
- Cenderung menciptakan generasi bully yang selanjutnya
- Cenderung terlibat dalam penyalahgunaan obat terlarang dan minuman keras
4.Karakteristik korban bullying
Biasanya mereka yang menjadi korban bullying memiliki karakteristik dibawah ini :
- Mungkin mereka memiliki semacam kekurangan atau perbedaan , baik secara fisik ataupun materi
- Mungkin mereka memiliki masalah di rumah yang membuat mereka sedih
- Mereka memiliki sesuatu yang membuat para bully cemburu, misalnya bakat
- Mereka tidak ingin melakukan apa yang diperintahkan oleh para bully sehingga mereka dihukum
- Mereka tidak bisa membela diri mereka sendiri
Tanda-tanda anak korban bullying :
- Kesulitan dalam bergaul
- Merasa takut datang ke sekolah sehingga sering bolos
- Ketinggalan pelajaran
- Mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran
- Kesehatan fisik dan mental (jangka pendek/jangka panjang) akan terpengaruh
5.Bentuk perilaku bullying
Bentuk bullying menurut Coloroso (2007:47) dibagi menjadi tiga jenis, yakni :
- Bullying Fisik
Penindasan fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak dan paling dapat diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya, namun kejadian penindasan fisik terhitung kurang dari sepertiga insiden penindasan yang dilaporkan oleh siswa.
Yang termasuk jenis penindasan secara fisik adalah memukul, mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, memiting, mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan, serta merusak dan menghancurkan pakaian serta barang-barang milik anak yang tertindas. Semakin kuat dan semakin dewasa sang penindas, semakin berbahaya jenis serangan ini, bahkan walaupun tidak dimaksudkan untuk mencederai secara serius.
- Bullying Verbal
Kekerasan verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum digunakan, baik oleh anak perempuan maupun anak laki-laki. Kekerasan verbal mudah dilakukan dan dapat dibisikkan dihadapan orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi. Penindasan verbal dapat diteriakkan di taman bermain bercampur dengan hingar-bingar yang terdengar oleh pengawas, diabaikan karena hanya dianggap sebagai dialog yang bodoh dan tidak simpatik di antara teman sebaya.
Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan, dan pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual. Selain itu, penindasan verbal dapat berupa perampasan uang jajan atau barang-barang, telepon yang kasar, e-mail yang mengintimidasi, surat-surat kaleng yang berisi ancaman kekerasan, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji, serta gosip.
c.Bullying Relasional
Jenis ini paling sulit dideteksi dari luar. Penindasan relasional adalah pelemahan harga diri si korban penindasan secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau penghindaran. Penghindaran, suatu tindakan penyingkiran, adalah alat penindasan yang terkuat.
Anak yang digunjingkan mungkin akan tidak mendengar gosip itu, namun tetap akan mengalami efeknya. Penindasan relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan napas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.
d.Cyber bullying
Ini adalah bentuk bullying yang terbaru karena semakin berkembangnya teknologi, internet dan media sosial. Pada intinya adalah korban terus menerus mendapatkan pesan negative dari pelaku bullying baik dari sms, pesan di internet dan media sosial lainnya.
Bentuknya berupa:
- Mengirim pesan yang menyakitkan atau menggunakan gambar
- Meninggalkan pesan voicemail yang kejam
- Menelepon terus menerus tanpa henti namun tidak mengatakan apa-apa (silent calls)
- Membuat website yang memalukan bagi si korban
- Si korban dihindarkan atau dijauhi dari chat room dan lainnya
- “Happy slapping” – yaitu video yang berisi dimana si korban dipermalukan atau di-bully lalu disebarluaskan
Riauskina, dkk (2005) mengelompokkan perilaku bullying ke dalam 5 kategori :
- a) Kontak fisik langsung (memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci, seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain);
b).Kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan (put-down), mengganggu, member panggilan nama (name-calling), sarkasme, mencela/mengejek, memaki, menyebarkan gosip);
c).Perilaku non verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam, biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal) ;
d)Perilaku non verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng);
- e) Pelecehan seksual (kadang-kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal).
6.Dampak akibat bullying
- Dampak Perilaku Bullying Terhadap Kehidupan Individu
SEJIWA (2006) menyebutkan penelitian tentang bullying telah dilakukan baik didalam maupun di luar negeri. Penelitian-penelitian tersebut mengungkapkan bahwa bullying memiliki efek-efek negatif seperti :
- Gangguan psikologis (seperti cemas dan kesepian)
- Konsep diri korban bullying menjadi lebih negatif karena korban merasa tidak diterima oleh teman-temannya (Djuwita dalam SEJIWA, 2006).
- Menjadi penganiaya ketika dewasa
- Agresif dan kadang-kadang melakukan tindakan criminal
- Korban bullying merasakan stress, depresi, benci terhadap pelaku, dendam, ingin
keluar sekolah, merana, malu, tertekan, terancam bahkan self injury.
- Menggunakan obat-obatan atau alkohol
- Membenci lingkungan sosialnya
- Korban akan merasa rendah diri dan tidak berharga
- Cacat fisik permanen
- Gangguan emosional bahkan dapat menjurus pada gangguan kepribadian
- Keinginan untuk bunuh diri
- Dampak Perilaku Bullying Terhadap Kehidupan Akademik
Penelitian lain (Zona Sekolah, 2009) menyebutkan bullying ternyata berhubungan dengan meningkatnya tingkat depresi, agresi, penurunan nilai akademik, dan tindakan bunuh diri. Bullying juga menurunkan skor tes kecerdasan dan kemampuan analisis para siswa.
c.Dampak Perilaku Bullying Terhadap Kehidupan Sosial
Remaja sebagai korban bullying sering mengalami ketakutan untuk sekolah dan menjadi tidak percaya diri, merasa tidak nyaman dan tidak bahagia (Setiawati, 2008). Aksi bullying menyebabkan seseorang mejadi terisolasi dari kelompok sebayanya karena teman sebaya korban bullying tidak mau akhirnya mereka menjadi target bullying karena mereka berteman dengan korban (Setiawati, 2008).
Menurut YKAI (Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia) dalam Huraerah (2007:57) menyimpulkan bahwa tindakan kekerasan berdampak sangat serius terhadap kehidupan seseorang, misalnya korban memiliki konsep diri yang negatif dan ketidakmampuan mempercayai dan mencintai orang lain, pasif dan menarik diri dari lingkungan, takut membina hubungan baru dengan orang lain.
Sumber lain menyatakan bahwa dampak bullying adalah sebagai berikut :
- Mengalami kesulitan membina hubungan interpersonal
- Takut datang ke sekolah
- Sulit berkonsentrasi
- Ketinggalan pelajaran
- Dampak fisik:sakit kepala,flu,sakit dada
- Dampak psikologis:emosi negatif seperti marah, dendam , kesal,tertekan, takut,malu,sedih dsb.
- Dampak psikologis ekstrim:rasa cemas berlebihan, ingin bunuh diri
Pada beberapa kasus lain misalnya bahkan seperti di Jepang, kasus bullying identik dengan kasus bunuh diri yang dilakukan oleh para korbannya karena mereka sudah tidak lagi melihat adanya jalan keluar dari bullying tersebut. SEJIWA mengungkapkan pada wawancara di media IMTV (8 Agustus 2012) menyebutkan di Indonesia tertulis sejumlah 34 kasus bunuh diri karena bullying pada tahun 2011 lalu dan jumlahnya meningkat hingga dirawat di rumah sakit jiwa pada tahun 2012 ini.
7.Kasus bullying di Indonesia
Berikut ini adalah beberapa contoh kasus bullying yang terjadi di SMA di Jakarta seperti dikutip dari laman ANTARA :
- Kasus Bullying di SMA 90 Jakarta
Para junior disuruh berlari, push up dan bahkan berkelahi di lapangan Bintaro oleh para seniornya. Bila juniornya menolak, maka akan ditampar keras. Hal ini berlangsung dari pagi hingga petang. Tercatat 31 siswa yang melakukan peristiwa bullying tersebut.
- Kasus Bullying SMA 82 Jakarta
Seorang siswa kelas 1 bernama Ade hendak mengambil catatan geografinya yang tertinggal di kelas, namun ia melewati koridor khusus untuk anak kelas 3. Yang dinamakan “koridor Gaza”. Selain dipukuli dan ditendangi oleh sekitar 30 siswa, ia juga terpaksa dibawa ke rumah sakit karena mengalami luka cukup parah.
- Kasus Bullying SMA 46 Jakarta
Seorang siswa bernama Okke sering dipinjami motor oleh seniornya yang berinisial B. Namun ia meminjamnya dengan cara kasar dan mengembalikannya juga dengan seenaknya. Karena kesal maka Okke tidak lagi menggubris B, akibatnya ia dipukuli, diludahi dan sebagainya. Kini Okke lebih memilih untuk home schooling.
- Kasus Bullying SMA 70 Jakarta
Vhia dipukuli oleh 3 orang seniornya dengan alasan karena ia tidak menggunakan kaos dalam (singlet). Peraturan tersebut dibuat oleh para seniornya dan bukan oleh sekolah.
- Kasus Bullying SMA Don Bosco Pondok Indah
Kasus ini menimpa junior yang dilaporkan mengalami tindak kekerasan berupa pemukulan dan sundutan rokok saat masa orientasi siswa. Saat ini kasus masih diproses dan dikabarkan polisi telah menahan 7 tersangka.
Sejauh ini Komisi Perlindungan Anak (KPA) telah mencatat pada tahun 2011 terjadi 139 kasus bullying dan pada tahun 2012 ini telah tercatat sejumlah 36 kasus.
Kak Seto, pakar pendidikan anak menambahkan bahwa di Indonesia mesti adanya perbaikan sistem dalam dunia pendidikan Indonesia karena kasus bullying ini terjadi baik di tingkat SMA hingga ke tingkat TK.
8.Solusi mengenai bullying
Mengapa bullying sulit untuk dihentikan, karena alasan sebagai berikut:
- Karena kebiasaan
- Mereka dihormati oleh anak-anak lain yang kurang berkuasa namun ingin berkuasa
- Mereka cenderung kesulitan mengarahkan rasa marah
- Mereka memang senang menyakiti orang lain dan tidak ingin berhenti
- Mereka merasa tidak melakukan kesalahan dan berhak melakukan perbuatan tersebut
Bagi korban, hal ini juga sulit untuk dihentikan karena:
- Mereka merasa tidak cukup kuat untuk melawan
- Mereka merasa seharusnya menghentikan para bully adalah tugas orang lain
- Mereka merasa bahwa mereka memang pantas mendapatkan perlakukan buruk tersebut
Mereka yang dinamakan “onlookers” atau “penonton” juga sulit untuk menghentikan kegiatan bullying tersebut karena:
- Mereka tidak tahu bagaimana membantu para korban tanpa membuat masalah baru
- Mereka juga cemas akan keamanan mereka sendiri
- Mereka mungkin merasa ketakutan, marah atau merasa bersalah
Lalu penyebab mengapa sekolah atau lembaga pendidikan seolah tidak berdaya menghadapi bullying adalah sebagai berikut:
- Karena terbiasa, misalnya saat masa orientasi siswa
- Kultur dari lembaga pendidikan tersebut yang berjalan turun temurun tanpa ada perubahan
- Karena kurangnya pendidikan dan keakraban di dalam keluarga
- Karena kurangnya pendidikan agama dan pelatihan moral
- Ketidakpedulian guru dan pihak lain di sekolah
- Paradigma atau pandangan bahwa itu hanya guyonan semata
- Kurangnya melatih moral, motivasi dan empati para peserta didik
Maka solusi yang bisa dilakukan antara lain adalah:
- Meningkatkan pendidikan agama di sekolah
- Meningkatkan pendidikan karakter dan memberikan pemahaman mengenai bullying
- Meningkatkan hukuman yang ditegakkan di sekolah
- Membuat kultur sekolah yang lebih baik serta positif dan pelatihan bersosialisasi
- Adanya pelatihan dan semacam bimbingan baik bagi para guru, siswa dan seluruh warga sekolah mengenai bullying
- Mengadakan program sekolah misalnya “tolerance day” untuk menjaga kultur sekolah yang baik
- Pemerintah juga bisa meningkatkan kesadaran akan pentingnya bullying ini dengan mengadakan “bullying awareness week” misalnya.
C.PENUTUP
Kegiatan bullying di sekolah merupakan satu masalah besar yang harus diatasi karena seharusnya sekolah melindungi siswanya dari tindakan kekerasan dalam bentuk apapun, dan menjadi wadah untuk pembentukan akal, moral dan karakter yang diperlukan untuk membangun masyarakat Indonesia yang sehat, berbudaya dan berteknologi tinggi. Masalah bullying di sekolah adalah tanggung jawab semua pihak yang ada di sekolah dan orang tua siswa.
Bullying ini bisa dicegah selama semua yang terkait dalam institusi tersebut memiliki andil dan kepedulian untuk mengubah dan mencegah persoalan tersebut.
Seperti yang telah diungkapkan oleh Hellen Keller sebagai berikut,”Science may have found a cure for most evils but it has found no remedy for the worst of them all – the human apathy” [ Sains mungkin telah menemukan penyembuh bagi kebanyakan setan namun belum menemukan penyembuh bagi yang terburuk – yaitu ketidakpedulian manusia].
Sesungguhnya bullying ini bisa dicegah baik bagi pelaku maupun korban, yaitu dengan meningkatkan setidaknya perasaan empati dan kepedulian antar sesama. Agar tidak ada lagi kekerasan yang berlanjut baik di rumah, institusi pendidikan, pekerjaan dan tempat lainnya.
D.REFERENSI
_____.(2005).”Psikologi bullying dan konsep diri”.Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
Antara.(2012).”Presiden menilai bullying”.[online] Tersedia di : www.antaranews.com
Boombox.(2011).”Why bullying happens?”.[online]. Available at : http://www.oxfordshire.gov.uk/cms/content/anti-bullying
Detik.(2012).”5 kasus bullying SMA di Jakarta”.[online].Tersedia di : http://news.detik.com/read/2012/07/31/105747/1979089/10/?992204topnews
Field,Evelyn.(2009).”Why does bullying happens?”.[online].Availabe at : www.bullying.com.au
Kurniawan,Bahri.(20120).”Kak Seto:Dunia Pendidikan harus dikoreksi”.[online]. Tersedia di : www.tribunnews.com
Miskyah,Ehan.(2009).”Bullying dalam pendidikan”.
Mudjiyanti,Fransisca.(2011).”School bullying dan peran guru dalam mengatasinya”.Krida Rakyat
Thornberg R, Knutsen MA. Child & Youth Care Forum doi: 10.1007/s10566-010-9129-z
Wang J et al. Journal of Adolescent Health 2009 Oct; 45(4): 368-75
VivaNews.(2012).”Bullying hantui Jepang”.[online].Tersedia di: http://dunia.news.viva.co.id/news/read/339918-bunuh-diri-karena-bullying–hantui–jepang