Artikel Umum

KONSELING MULTIKULTURAL

Dipublikasikan pada : 7 Februari 2021.

Definisi-definisi awal tentang multikultural cenderung menekankan pada ras, etnisitas,
dan sebagainya; namun, argumentasi yang lain menyatakan, bahwa lintas budaya harus
melingkupi pula seluruh bidang dari kelompok-kelompok yang tertindas, bukan hanya orang kulit berwarna, dikarenakan yang tertindas itu dapat berupa gender, kelas, agama,
keterbelakangan, bahasa, orientasi seksual, dan usia (Trickett, Watts, dan Birman, 1994;
Arrendondo, Psalti, dan Cella, 1993; Pedersen, 1991). Dilihat dari sisi identitas budaya,
konseling multikulural menurur Burn (1992) merupakan hubungan budaya yang berbeda antara konselor dengan konseli pada kegiatan atau proses konseling. Oleh sebab itu menurutnya sensitivitas konselor terhadap budaya konseli menjadi sangat penting.

Konseling multikultural adalah jenis konseling di mana terapis membahas perjuangan
konseli berdasarkan ras, jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi, agama, atau bagian lain dari identitas mereka yang tidak cocok dengan mayoritas. Kaum minoritas memiliki sejarah yang berurusan dengan rasisme dan penindasan, dan dalam lensa ini, seorang konselor yang tidak mempertimbangkan informasi tersebut tidak dapat memberikan nasihat secara efektif. Dalam sesi konseling, lingkungan sosiokultural individu dan masalah kekuasaan dan hak istimewa diberikan perhatian. Ini adalah pendekatan berbasis kekuatan; konselor fokus pada perubahan positif baik dalam proses maupun hasilnya.

Dalam pandangan Rendon (1992) perbedaan budaya bisa terjadi pada ras atau etnik
yang sama ataupun berbeda. Oleh sebab itu definisi konseling lintas budaya yang dapat
dijadikan rujukan adalah sebagai berikut. Konseling lintas budaya adalah berbagai hubungan konseling yang melibatkan peserta yang berbeda etnik atau kelompok-kelompok minoritas; atau hubungan konseling yang melibatkan konselor dan konseli yang secara rasial dan etnik sama, tetapi memiliki perbedaan budaya yang dikarenakan variabel-variabel lain seperti seks, orientasi seksual, faktor sosio-ekonomik, dan usia (Atkinson, Morten, dan Sue, 1989).

Pendekatan teoritis konseling sebagian besar dikembangkan oleh orang Eropa (Freud,
Jung, Adler, Perls, dll.) atau Amerika keturunan Eropa (Rogers, Skinner, Ellis, dll.). Konseling pada dasarnya merupakan produk budaya Eropa-Amerika (Das, 1995). Pada saat bidang konseling bergerak ke abad 21, perbedaan budaya semakin mendapat pengakuan sebagai pertimbangan penting dalam proses konseling seperti peran gender, jenis kelamin- orientasi seksual, usia, dan disabilitas. Memahami latar belakang sosial dan budaya yang kompleks dari setiap konseli merupakan bagian integral dari kesuksesan Konseling.

Pada tahun 1982, Sue menerbitkan sebuah makalah yang menggambarkan bagaimana
pendekatan konseling tradisional tidak relevan dengan minoritas, dan bahwa perlu ada
dorongan untuk cara baru konseling yang lebih sesuai dengan budaya yang berbeda. Dia
menyadari bahwa pengalaman minoritas telah dianalisis dari sudut pandang Eurosentris, dan bahwa bidang tersebut memerlukan kompetensi universal yang harus dimiliki oleh semua konselor multikultural, yaitu keyakinan / sikap, pengetahuan, dan keterampilan tertentu.
1. Keyakinan / sikap: Konselor sadar akan budaya, peka terhadap etnis mereka sendiri dan menghargai budaya lain. Konselor menyadari bias diri sendiri dan merasa nyaman
dengan perbedaan dari konseli. Setiap konselor memiliki bias implisit mereka sendiri,
bahkan jika mereka memiliki kompetensi multikultural yang dilaporkan sendiri.
2. Pengetahuan: Konselor harus memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang sistem
sosiopolitik, terutama tentang bagaimana sistem tersebut memperlakukan minoritas.
Konselor harus mengetahui pengetahuan khusus tentang kelompok tertentu tempat
mereka bekerja, dan menyadari hambatan kelembagaan yang mencegah minoritas
menggunakan layanan kesehatan mental.
3. Keterampilan: Konselor harus mampu menghasilkan, mengirim, dan menerima
berbagai tanggapan verbal dan nonverbal. Konselor harus mampu menganalisis dan
mengevaluasi sejauh mana latar belakang istimewa konselor akan memengaruhi
pengalaman kehidupan profesional dan pribadi mereka.

id_IDIndonesian