Artikel Umum
KEPEMIMPINAN TRADISIONAL DI PERSEKOLAHAN
KEPEMIMPINAN TRADISIONAL DI PERSEKOLAHAN
Abstract tulisan ini mengekplorasi pendekatan tradisional yang digunakan pemimpin pada lembaga persekolahan. Selama ini kepemimpinan tradisional lebih banyak diterapkan pada lembaga non persekolahan dan perkumpulan non formal, seperti pesantren, komunitas-komunitas adat dan sejenisnya. Pada konteks persekolahan mungkinkah pendekatan tradisional tersebut cocok dan tepat digunakan? Tidak ada satupun pendekatan yang cocok diterapkan untuk semua situasi. Satu entitas dalam situasi tertentu akan cocok menggunakan suatu pendekatan, tapi belum tentu cocok untuk entitas dan situasi lainnya.
Finding and discussion, Peran pemimpin pada lembaga persekolahan adalah menggerakan seluruh anggotanya untuk bekerjasama mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan pada lembaga persekolahan melekat pada jabatan kepala sekolah, sebagaimana diatur dalam Permendiknas No 28 Tahun 2010 bahwa kepala sekolah merupakan guru yang diberikan tugas tambahan, setiap guru berhak menjadi kepala sekolah jika telah memenuhi persyaratan administrative. Kepemimpinan tradisional merupakan kepemimpinan yang bersumber dari daya tarik personal, biasanya ditentukan oleh harisma, trah atau keturunan. Karena itu kepemimpinan tradisional walau tanpa legalitas administrative dengan mudah dapat dipatuhi, diikuti oleh anggota kelompok. Kepemimpinan kepala sekolah dengan basis pengaruh yang bersumber dari kewibawaan dan charisma dengan mudah mampu menggerakkan personil sekolah untuk mencapai tujuan. Persoalannya adalah menemukan kepala sekolah yang mempunyai basis pengaruh tradisional tidaklah mudah. Kharisma dan kewibawaan seorang pemimpin tidak bisa dibentuk lewat diklat kepala sekolah sebagaimana biasa dilakukan. Bagaimana seharusnya , kepala sekolah mampu mengadopsi pendekatan kepemimpinan tradisional di persekolahan agar pengaruhnya dapat dengan mudah diikuti oleh anggotanya. Rekruitmen dan diklat calon Kepala sekolah harus ditata ulang agar mampu mengeluarkan kepala sekolah yang berwibawa dan kharismatik.
Result, persayaratan administrative untuk menjadi pemimpin dilembaga persekolahan dapat dengan mudah dilalui oleh guru yang tidak mempunyai kapasitas kepemimpinan yang memadai walau sudah melalui diklat kepemimpinan sekalipun.
Impilcation , kepemimpinan di lembaga persekolahan jauh berbeda dengan lembaga pesantren atau komunitas-komunitas adat yang pengaruhnya begitu dihormati dan ditaati oleh pengikutnya. Tidak adanya basis pengaruh yang kuat seperti kewibawaan dalam diri kepala sekolah berimplikasi pada pencapaian tujuan organisasi sekolah yang tidak efektif.
Recommendation, lembaga persekolahan dituntut mampu mencapai tujuan secara efektif sehingga kepemimpinan yang diterapkan haruslah efektif. Efektivitas kepemimpinan sangat ditentukan oleh seberapa besar sumber pengaruh yang mampu menggerakan anggotanya. Kewibawaan dan kahrisma kepala sekolah adalah hal penting yang harus dimiliki. Oleh karena itu proses seleksi kepala sekolah harus mampu memilih guru-guru yang mempunyai wibawa dan charisma, bukan hanya karena faktor telah memenuhi syarat adminstratif saja.